Time

Adilkah orang miskin di larang sakit

Senin, 19 Desember 2011


Sehat adalah salah satu nikmat yang diberikan Allah kepada makhlukNya. Kesehatan adalah keadaan sejahteradan badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Karena itu menjaga kesehatan sangatlah penting bagi kita agar dapat melakukan aktivitas secara normal. Namun bagaimana kalau sakit?Sudah menjadi wacana umum bahwa biaya kesehatan di Indonesia tidak bisa dibilang murah.

Obat-obatan dan peralatan medis yang kebanyakan dari mancanegara semakin membuat harga obat dan perawatan rumahsakit semakin membumbung tinggi.

Besarnya jumlah fakir miskin memperngaruhi nilai belikesehatan bagi masyarakat. Jumlah yang tidak sedikit perkerjaan pemerintah menanggulangi permasalahan kesehatan untuk warga tidak mampu di Indonesia ini Kurangnya tingkat kesadaran dan faktor pengetahuan akan kesehatan menjadikanmasyarakat sering kecil seoleh dekat dengan lingkungan yang kurang sehat. Akibatnya dari itu semuanya sungguh sangat memilukan. Banyak kisah yang menggambarkan betapa mahalnya kesehatan di negeri ini.
Berikut adalah kisah memilukan yangsaya ambil dari Kick Andy;

Cerita pilu datang dari Medan.Krispinaldi dan Roida Panjaitan harus kehilangan dua anak yang dicintainya.Kisah bermula ketika kedua anaknya dirawat di sebuah rumah sakit dekatkediamannya karena terserang demam berdarah dengue. Setelah dirawat beberapahari anak pertama, Daniel tidak tertolong jiwanya.
“Ketika anak saya meninggal dunia,hati saya hancur, dan saya berusaha sekuat tenaga menyelamatkan nyawa Rebecca,”ujar Roida sambil menangis. Dan, ternyata setelah dirawat selama 19 hari kondisi Rebecca tak kunjung ada kemajuan. 
Maka Roida dan suaminya, Krispinaldi berupaya memindahkan perawatan anakknya, Rebecca ke rumah sakit lain. Namun,usahanya itu tidak berjalan mulus, karena pihak rumah sakit minta agar mereka harus membayar biaya perawatan terlebih dulu. Ketika mereka sedang mengusahakanbiaya perawatan itu, nyawa Rebecca meregang dan meninggal dunia menyusul kakaknya Daniel. Krispinaldi dan Roida yang ekonomi pas-pasan itu pun kembali harus menelan pil yg sangat pahit.

Pengalaman pahit dengan rumahsakit juga dialami pasangan Erwin Lubis dan istrinya Endriyana. Ketika bayiyang merupakan putra ketiga mereka lahir ternyata tidak sempurna yaitu tidakmempunyai dinding perut. Akibatnya, bayi yang diberi nama Rizki itu perutnyamakin membesar. Mereka pun dengan sekuat tenaga membawa anaknya untukmendapatkan perawatan. Namun, sejumlah rumah sakit di daerah Tangerang menolak dengan berbagai alasan seperti, kamar penuh, alat medis yang terbatas dan rumah sakit yang sedang direnovasi. Di tengah keputus-asaan itulah ada seorang wartawan yang peduli dan memberitakannya. 
Erwin Lubis yang pedagang kelontongitu pun mendapat pertolongan dari dinas kesehatan setempat. Namun, lagi-lagikarena terlambat mendapat perawatan, nyawa Rizki tidak tertolong. “Ya, sayasangat sedih, mengapa saya sebagai ayah tidak berdaya menolong anak saya,”ungkap Erwin Lubis sambil menangis tersedu.

Pengalaman memilukan juga dialami Siti Jaenab warga Cikupa, Tangerang, Banten. Kisah bermula ketika ia merasa perutnya mulas dan sedang di kamar mandi. Tak disangka-sangka ketika ia sedangbuang hajat, ternyata ia melahirkan tiga bayi prematur di kamar mandi. “Bahkan satu anak diantaranya kepalanya membentur lantai kamar madi,”ujar Jainab.Bersama kakak iparnya, Ismail ia membawa anaknya ke rumah sakit terdekat.Jainab yang hanya pegawai buruh pabrik itu mengalami kesulitan ketika membawaanaknya ke rumah sakit. Sebagaian besar rumah sakit mensyaratkan pasien harus menyetor uang muka terlebih dahulu sebagai jaminan.

Setelah melalui perjalanan berlikuakhirnya ia berhasil menemukan rumah sakit yang tidak mensyaratkan membayaruang muka terlebih dahulu.Namun di rumah sakit ini peralatannya tidak lengkap,karena hanya mempunyai dua inkubator, atau pemanas bayi. Dengan terpaksa iamembawa satu anaknya yang tidak kebagian inkubator di rumah sakit pulang kerumah. Ia pun membuat inkubator buatan dengan memasang bohlam lampu listrik.“Saya terinspirasi membuat inkubator buatan itu ketika melihat peternakan ayam.”kata Jainab memberi alasan. Namun, karena semua serba terbatas, bayi yang ia bawa pulang itu akhirnya meninggal dunia.

Hal ini adalah PR bagisemuanya. Tidak hanya pemerintah dan peranan LSM untuk membantu masyarkatkurang mampu agar memberikan perhatian yang lebih serius saja. Nanun kesadaranmasyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat juga penting. Kualitas penduduk tergantung dari nilai tingkat kesehatan masyarakat sendiri, janganlah sampai ada ucapan “Orang Miskin Dilarang Sakit”

0 komentar:

Posting Komentar